MENEGUHKAN AMTSILATI DALAM MEMBANGUN PERADABAN PESANTREN NUSANTARA
Perhelatan kegiatan SILATNAS tak
lepas dari andil para alumni untuk memberi wawasan baru untuk para santri,untuk
itu dalam kegiatan SILATNAS ini para alumni mengadakan acara ALUMNI UNTUK SANTRI
yang di isi dengan kegiatan seminar dan talkshow yang di isi langsung oleh para
alumni ponpes Darul Falah.
Dengan tema bertajuk MENEGUHKAN
AMTSILATI DALAM MEMBANGUN PERADABAN PESANTREN NUSANTARA,Talkshow yang diisi
oleh Ust.Ahmad Musthofa (Jakarta),Ust,Syifaurrahman (Malang),Ust.A.Kamaluddin
(Purwodadi),Ust.Cholilurrahman (Purwodadi),Ust.Irham nashiin (Purwodadi) ini
dimoderatori oleh Ust.Sabiq aulia zulfa (Garut) dan Ust.Alba (Pekalongan).
Para alumni yang berstatus
menjadi guru tugas Amtsilati daerah ini membeberkan pengalaman mereka sebelum
dan setelah menjadi pengajar Amtsilati di beberapa daerah selama kurang lebih
10 tahun,salah satu narasumber,yakni Ust. Kamaluddin menceritakan masa saat mondok
yang memilih menjadi abdi dalem pondok.
“saya masuk pada tahun 2004 dan
sejak awal menjadi abdi dalem pondok dan karena padatnya waktu kerja saya hanya
bisa menghafal rumus qoidah selama 15 menit setiap hari,tapi karena keinginan
yang kuat setiap kerja saya juga mengulang-ulang hafalan dan dalam waktu kurang
lebih 1 minggu,saya telah menghatamkan rumus & qoidah”ucapnya.
Cerita masa lalu bukan hanya itu
saja,Ust.Syifaurrahman yang telah mondok pada tahun 2001 menceritakan suasana
kegiatan keseharian pada masa itu. “Ruangannya Cuma dari triplek dan kayu,solat,ngaji,makan
semua dilakukan diruangan satu itu. Kadang sering juga belajar outdoor dan
pindah-pindah tempat”ucap alumni yang sekarang menjadi anggota Pemuda ANSHOR
NU.
Semakin menarik,pertanyaan
moderator berlanjut saat pertama kali ditugaskan,beliau Ust.Cholil menuturkan,pada
tahun 2005 sebelum berangkat ditugaskan beliau-beliau disowankan pada para
ulama salah satunya adalah KH.Abdullah nafi,dan saat itu beliau dan
ust.kamaluddin merasa takut karena belum pernah berpergian jauh.Orang-orang
yang akan ditugaskan saat itu ialah; Ust.Kamaluddin, Ust.Cholilurrahman,
Ust.Irham,dan Ust.Burhan.
Hanya bermodal Amtsilati dan doa
kyai, beliau menuju ke Kalimantan. Selama
di kalimantan,karena masih belum banyak yang lancar membaca al-qur’an
beliau mengajarkan al-qur’an terlebih dahulu. Setelah kurang lebih 4 bulan di
Kalimanytan,mereka berpindah mensyiarkan Amtsilati menuju Jakarta, di Jakarta
masih belum satu tahun mereka menuju ke Jawa timur dan sampai sekarang kurang
lebih ada sekitar 600 lembaga yang menggunakan metode Amtsilati.
Banyak cerita menarik yang
dituturkan oleh setiap alumni ini saat mensyiarkan Amtsilati, salah satunya
dari Ust.Kamaluddin yang sekarang menjadi pengasuh ponpes Manbaul Falah,
Bondowoso. “karena barokah Amtsilati,saya yang tidak punya uang saat itu bisa
membeli tanah seluas 200 m,untuk dijadikan pondok. itu semua berkat barokah
Amtsilati dan doa Abah yai” tuturnya.
Barokah Amtsilati juga dirasakan
oleh dua alumni ini,yakni Ust.syifaurrahman dan Ust.A.Musthofa.setelah lama
mempelajari ilmu nahwu & shorof ternyata masih belum bisa membaca kitab
kuning,akhirnya beliau dikenalkan dengan Amtsilati. Sempat tidak percaya dengan
metode cepat Amtsilati,namun setelah merasakan sendiri,beliau tidak lepas dari
menyebarkan Amtsilati didaerahnya. Teringat pesan abah yai “kang,amalkan
amtsilati,insyaAllah ada keistimewaan tersendiri”begitu ucapnya. Beliau juga
memberikan tips untuk santri;manut kyai,dekat dengan senior.
Semakin menjamurnya Amtsilati di
Nusantara,kitab Amtsilati juga mulai diadopsi pondok-pondok besar lain,menurut
Ust.A.Mushtofa. “ banyak pondok-pondok besar yang mulai mengadopsi amtsilati,
ini membuktikan bahwa Amtsilati merupakan terobosan baru yang sangat cocok
untuk menjadikan jembatan baru bagi para muta’allim untuk melanjutkan ke jenjang
berikutnya”kata salah satu alumni dari Jakarta ini.
Di sesi pertanyaan,moderator
menanyakan pengalaman salah satu alumni yang bisa bertemu tatap muka dengan
abah yai saat melaksanakan ibadah umroh ditanah suci. “pada saat itu saya
diajak thowaf bersama dengan membawa tas yang isinya semua kitab-kitab
Amtsilati dan yang lainnya. Saat berthowaf saya disuruh mendoakan santri
amtsilati semua agar manfaat ilmunya”.Beliau juga mengingatkan para santri
untuk selalu semangat dalam mempelajari & mengamalkan Amtsilati. “eman-eman
mondok di Amtsilati nggak sungguh-sungguh,pokoknya kalau mondok disini tinggal
belajar dan nurut aja sama yai. Beliau pernah mengatakan pada saya insyaAllah
para santri Amtsilati akan selalu di awasi langsung oleh para wali & para
nabinya AllahSWT”sambung Ust.Kamaluddin.
Dalam akhir acara
moderator,Ust.Sabiq menanyakan tanggapan seperti apa,untuk tema SILATNAS kali
ini, “MENEGUHKAN AMTSILATI UNTUK MEMBANGUN PERADABAN PESANTREN NUSANTARA”.
“sangat mempunyai arti,yang perlu digaris bawahi adalah pesantren.
Diantara ciri pesantren adalah kyai/ustadz, santri, masjid (tempat ngaji), dan
pengajian kitab kuning. Islam di Nusantara ini
damai dan lembut,dan itu diawali oleh santri dan pesantren”tutur
Ust.Cholilurrahman.
“kita sebagai santri Amtsilati
harus ikut mengokohkan,menghidupkan,dan memperjuangkan ilmu-ilmu yang
disampaikan oleh guru-guru kita”dawuh Ust.A.Mushtofa
“ini juga proses pendidikan
karakter seperti dalam bait alfiah
بالجر
والتنوين والندا وال # ومسند للا سم تمييزحصل “tutur Ust.Irham
Nashi’in
“sebelum Jokowi dan JK mendeklarasikan revolusi
mental,Abah yai sudah melakukan revolusi mental dan mencetak orang-orang
seperti kita ini”ucap Ust.Syifaurrahman.
“memang sudah waktuya,setelah hamper 12 juta
copy kitab Amtsilati tercetak. Amtsilati memang saatnya membangun peradaban
pesantren se-Nusantara”ungkap Ust.Kamaluddin.
Acara talkshow tersebut diakhiri dengan
musofahah para santri dengan para alumni yang telah memberi wawasan baru dan
pengalaman-pengalaman yang telah didapat saat menyebarkan Amtsilati.